Pertemuan Kedua ‘Jagongan’, Bahas Wacana dan Realita Kampung Anti Korupsi

Yogyakarta – Satgas Muda Anti Korupsi bersama PC IMM A.R Fakhruddin, PC IMM Djasman Al-Khindi dan PD IPM Kota Yogyakarta kembali menggelar Jagongan Anti Korupsi, Senin (16/11/2015) malam, di lantai dasar Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Pertemuan kedua ini bertema “Kampung Anti Korupsi, Antara Wacana dan Realita” dengan pembicara Laras Susanti, Pegiat Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM dan Ari Susantriyati, Aktivis Aisyiyah sekaligus Penggerak Kampung Anti Korupsi Prenggan.

Ari Susantriyati memaparkan bahwa kampung Prenggan, Kecamatan Kota Gede, dipilih KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sebagai kampung percontohan anti korupsi berbasis keluarga. “KPK dulu melakukan penelitian di Kampung Prenggan, ternyata di Prenggan masih banyak kearifan lokal, budayanya, tradisinya, ya kerja bakti, kesenian, ketoprak, mocopat dan lainnya” ungkapnya. Beliau juga menuturkan bahwa dalam pengembangan kampung anti korupsi di Prenggan, titik poinnya adalah pada penanaman fungsi-fungsi yang mengandung nilai-nilai anti korupsi, yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab, kerjasama, sederhana, berani dan adil. Fungsi-fungsi tersebut antara lain afeksi atau kasih sayang, penanaman nilai-nilai dan fungsi identitas sosial.

IMG_1113
(Foto bersama Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PDM Kota Bersama Kedua Pembicara)

Pembicara kedua, Laras Susanti mengungkapkan bahwa PUKAT yang dipromotori oleh Fakultas Hukum (FH) UGM, menanamkan budaya anti korupsi atau budaya berkeadilan pada masyarakat, melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa FH UGM. Beliau juga menyampaikan bahwa dalam membuat kampung anti korupsi diperlukan beberapa indikator, yaitu tingkat kesadaran masyarakat akan norma dan etika sosial, keterbukaan informasi, transparansi dan akuntabilitas antara pemerintah dengan rakyat, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, keaktifan organisasi lokal, kondisi psikologi/spiritual, serta adanya kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong budaya anti korupsi.

Jagongan juga dikhidmatkan oleh Pentas seni gelora anti korupsi, yang diisi pembacaan puisi oleh Wardah, orasi anti korupsi Anang Amirudin, serta penampilan monolog dari Pimpinan Cabang IMM A.R Fakhruddin Kota Yogyakarta dengan judul “Pak RT Main Serong” yang menceritakan hancurnya sebuah desa akibat perilaku tercela para penduduk yang kemudian datang banjir bandang meluluhlantakkan desa tersebut.

Acara Jagongan kedua yang juga didukung oleh PDPM dan PDNA Kota Yogyakarta ini ditutup dengan penampilan stand up comedy dari Fathi Junaedi, mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY, dengan tema “Sulap uang hilang kemana?” yang juga  mengkritik atas maraknya kasus korupsi yang melanda negeri ini. (Erka)

Tinggalkan komentar